Selasa, 21 Oktober 2008

Terapi dengan Musik

Terapi musik perkusi bagi penderita autis
Terapi musik pada penderita autis membawa anak ke dalam situasi yang menenangkan yang memberikannya kesempatan mengembangkan dan mempersiapkan diri mempelajari hal lain. Terapi ini menjadi produktif karena lebih mengarah ke suatu bentuk bermain yang rileks serta dapat mengurangi stress.

Menyeimbangkan Otak Kiri-Kanan
Musik bukan obat. Musik merangsang perkembangan belahan otak kiri dan kanan. Musik meningkatkan kemampuan kerja otak. Musik dalam kekuatan alaminya memperbaiki proses komunikasi dan interaksi dengan orang lain. Selain itu juga meningkatkan kemandirian dalam berbicara, berbahasa, kemampuan fisik, sosial, mengambil sikap dan mandiri serta pengekspresian diri.

Anak autis mengalami hambatan di dalam mengembangkan kemampuan berbahasa dan interaksi sosial. Melihat pengaruh musik menyeimbangkan perkembangan belahan kiri dan kanan otak, maka terapi musik memberikan anak-anak autis suatu jalan untuk mampu mengekspresikan dirinya.

Bunyi yang dikeluarkan waktu menekan tuts piano menyebabkan perhatiannya terpusat. Tekanan tangannya menimbulkan bunyi. Bunyi tuts piano menyebabkan ia tenang, sedangkan jari-jarinya yang menyentuh tuts piano dapat mengeluarkan bunyi, merangsang keingintahuan anak sehingga ia ingin mencoba dan mencoba. Ekspresi yang muncul dalam kesenangan dan kepuasan karena berhasil memunculkan bunyi itu merangsang memori verbal berfungsi dengan baik. Dengan adanya rangsangan orang yang ada disekitarnya yang menambah perbendaharaan kata, menyebabkan anak bisa dengan teratur menyampaikan pikirannya melalui kata-kata. Kemampuan anak tidak hanya melulu dari mengetuk tuts piano, tetapi secara menyeluruh dari rangsangan yang ada disekitarnya.
Ia menjadi lebih tenang karena merasa nyaman dengan nada, irama, dan tekanan bunyi musik yang dibunyikannya karena dasarnya telah pernah ia dengarkan, rasakan dan pelajari waktu ia di dalam kandungan ibunya. Aliran darah ibunya memperdengarkan bunyi musik membuat ia memusatkan perhatian. Aliran darah itu dipengaruhi oleh emosi dan pikirannya yang merangsang janin itu untuk bereaksi. Ini adalah pembelajaran pertama dari janin untuk bereaksi terhadap rangsangan di luar dirinya di dalam kandungan ibunya. Janin di dalam kandungan belajar dan menyimpan memorinya sebagai dasar di dalam memahami kehidupan berikutnya setelah ia lahir.


Semua anak mempunyai keinginan untuk mencoba. Jika pada saat mencoba tidak ada hambatan, maka ia akan terus mencoba, ia mempunyai kesenangan dan perhatiannya terus tertuju untuk bisa menimbulkan bunyi. Kesempatan tersebut membuatnya senang, sekaligus memberikan keluasan dan tanpa sadar ia mapu mengekspresikan emosinya ia bisa tersenyum bahkan tertawa. Perasaan ini merangsang zat-zat kimia otaknya. Kepuasan dan kebahagiaan anak merangsang seluruh tubuhnya, sehingga motorik anak itu bereaksi. Otot-otot tubuhnya bersama-sama emosinya aktif .

Secara khusus, ketenangan dari ritme, dan berbagai kemungkinan harmonisasi nada, tersalurkan oleh rentangan nada yang luas dari kemampuan perkusi serta sustain dari piano merupakan elemen yang memberikan respons terapeulitik terhadap klien. Dalam keadaan ini berbunyi harmonis, frekuensi rendah, dan monoton membawa anak ke dalam keadaan meditasi. Ia terlatih untuk memusatkan perhatian. Ia terlatih untuk bereaksi dengan rangsangan, tidak hanya dengan satu rangsangan, tetapi beberapa rangsangan yang datang dari luar. Disamping itu bunyi ini juga bisa menghantarkan ia berada dalam keadaan relaksasi sehingga bisa membawa anak itu istirahat dan tidur nyenyak. Tidur nyenyak merupakan hal penting dalam pertumbuhan fisik dan perkembangan mental anak.


sumber:
http://www.suryani-institute.com/modules.php?op=modload&name=News&file=article&sid=60&mode=thread&order=0&thold=0

Tidak ada komentar: