Senin, 27 Oktober 2008

Artikel autisme pada anak

nawangsari
Sun, 11 Feb 2001 16:36:28 -0800
Guru Harus Memahami Autisme pada Anak
Media Indonesia - Kesra (12/02/2001 01:33 WIB)

JAKARTA (Media): Pengetahuan guru terhadap autisme sangat berperan untuk
meminimalisasi gejala gangguan perkembangan tersebut jika autisme ada pada
anak didiknya. Paling tidak guru sebaiknya sadar bahwa autisme merupakan
kelainan yang membuat seorang anak sulit merespons komunikasi yang dilakukan
guru.
Hal ini penting karena sikap yang diperlihatkan oleh seorang anak penderita
autisme sering menunjukkan ketidakpatuhan yang menyebabkan guru
menganggapnya sebagai pembangkangan. Padahal sikap tersebut disebabkan suatu
gangguan interaksi sosial yang dimiliki sang anak.

Menurut Ketua Jurusan Program Studi Bimbingan Konseling FKIP Unika Atma Jaya
Gerda Wanai, banyaknya guru yang tidak memahami gejala autisme membuat
anak-anak penderita gangguan perkembangan tersebut menjadi lebih terisolasi.

"Padahal intervensi dini pada anak-anak autisme dapat mengurangi perbedaan
yang diderita jauh lebih besar. Sementara jika tidak dilakukan justru akan
membuat gangguan tersebut semakin dalam," kata Gerda di sela-sela workshop
Pelatihan Mengatasi Autisme pada Anak yang diselenggarakan FKIP Unika Atma
Jaya bekerja sama dengan Yayasan Penanganan Autisme (YPA) dan Intervention
Services for Autism and Development Delay (ISADD), Sabtu (10/2).

Untuk menangani masalah autisme ini, menurut Gerda, diperlukan suatu
pendidikan terpadu khusus bagi anak-anak autisme. Dalam arti penderita
autisme tetap berada di sekolah umum, namun mendapatkan perhatian lebih
dengan ditempatkan pada kelas yang jumlah muridnya lebih sedikit.

Selama ini, lanjut Gerda, ada semacam kontradiksi bagi anak autisme. Di satu
sisi orang tua penderita merasa anaknya normal karena tidak ada kecacatan
fisik, sehingga mereka memasukkan anaknya di sekolah umum. Di sisi lain di
sekolah umum anak-anak autisme tidak dapat berinteraksi sehingga sulit
menerima pelajaran.

Yang terjadi selanjutnya, kata Gerda, penderita autisme dimasukkan ke
Sekolah Luar Biasa C (SLB yang ditujukan bagi penderita keterbelakangan
mental). "Padahal dengan dimasukkan ke SLB C, perkembangan anak autisme
justru menurun. Karena secara mental mereka sebenarnya tidak apa-apa. Brain
mereka ada, namun mereka egois, sibuk sendiri dengan sesuatu, dan tidak
dapat berinteraksi. Kalau digabung dengan anak-anak yang terbelakang mental,
ya malah mundur."

(sumber:http://www.mail-archive.com/balita-anda@indoglobal.com/msg21152.html)

Tidak ada komentar: