Selasa, 21 Oktober 2008

Penanganan Umum Autisme

Mengingat demikian luas teori penyebab autis maka penanganan atau terapi yang bisa diberikan sangat banyak dan bervariasi. Banyak peneliti melaporkan hasil penelitiannya dalam terapi autis berbeda tergantung berdasarkan berbagai teori yang dianut atau pengalaman peneliti. Pada umumnya mereka melaporkan hasil yang baik, meskipun berbagai hasil penelitian tersebut perlu dikaji lebih jauh secara ilmiah. Terapi yang ideal harus sesuai dengan kondisi imunopatobiologis yang sering berbeda satu penderita autis dengan penderita lainnya. Dengan mengidetifikasi penyebab atau penyakit lain yang bisa mempengaruhi secara cermat, maka dapat ditentukan strategi penanganan dan terapi untuk penderita.
Secara umum pendekatan terapi autis dikelompokkan berdasarkan kajian ilmiah berbasis bukti, terapi medis murni kedokteran, gabungan terapi medis kedokteran dan tradisional atau terapi tradisional lainnya. Pembagian tersebut dapat dikelompokkan dalam 3 bagian diantaranya adalah : terapi konvensional, terapi inovatif dan terapi alternatif.

TERAPI KONVENSIONAL

• TERAPI BIOMEDIS

o Detoxification for Heavy Metals


o Terapi Vitamin Dan Mineral



o Terapi enzimatik


o Terapi Jamur


TERAPI OKUPASI

Ada beberapa terapi okupasi untuk memperbaiki gangguan perkembangan dan perilaku pada anak yang mulai dikenalkan oleh beberapa ahli perkembangan dan perilaku anak di dunia, diantaranya adalah sensory integration (Ayres), snoezelen, terapi neurodevelopment (Bobath), modifukasi perilaku, terapi bermain dan terapi okupasi lainnya
Kebutuhan dasar anak dengan gangguan perkembangan adalah sensori. Pada anak dengan gangguan perkembangan sensorinya mengalami gangguan dan tidak terintegrasi sensorinya. Sehingga pada anak dengan gangguan perkembangan perlu mendapatkan pengintegrasian sensori tersebut dengan terapi sensori integration. Sensori integration adalah pengorganisasian informasi melalui beberapa jenis sensori di anataranya adalah sentuhan, gerakan, kesadaran tubuh dan grafitasi, penglihatan, pendengaran, pengecapan, dan penciuman yang sangat berguna untuk menghasilkan respon yang bermakna. Beberapa jenis terapi sensori integration adalah memberikan stimulus vestibular, propioseptif dan taktil input. Menurunkan tactile defensivenes dan meningkatkan tactile discrimanation. Meningkatkan body awareness berhubungan dengan propioseptik dan kinestetik.

Selain sensory integration terapi sensori lain yang dikenbal dalam terapi gangguan perkembangan dan perilaku adalah Snoezelen. Snoezelen adalah sebuah aktifitas yang dirancang mempengaruhi system Susunan Saraf pusat melalui pemberian stimuli yang cukup pada system sensori primer seperti penglihatan, pendengaran, peraba, perasa lidah dan pembau.Disamping itu juga melibatkan sensori internal seperti vestibular dan propioseptof untuk mencapai relaksasi atau akyivasi seseorang untuk memperbaiki kualitas hidupnya

Neurodevelopment treatment (NDT) adalah terapi sensorimotor dalam menangani gangguan sensorim motor. Terapi NDT dipakai bertujuan untuk meningkatkan kualitas motorik penderita. Tehnik dalam terapi ini adalah untuk memfokuskan pada fungsi motorik utama dan kegiatan secara langsung.

Terapi gangguan perilaku dapat melalui pendekatan modifikasi perilaku secara langsung, dengan lebih memfokuskan pada perubahan secara spesifik. Pendekatan ini cukup berhasil dalam mengajarkan perilaku yang diinginkan, berupa interaksi sosial, bahasa dan perawatan diri sendiri. Selain itu juga akan mengurangi perilaku yang tidak diinginkan, seperti agrsif, emosi labil, self injury dan sebagainya.

Intervensi DIR ((Developmental, Individual Differences, relation ship based) atau Floor Time merupakan Pendekatan pada anak dengan kebutuhan khusus yang dikembangkan oleh dr Stanley. Metode pendekatan yang bersahabat, hangat dan akrab untuk membangun hubungan anak sebagai individu untuk membantu memperbaiki proses perkembangan anak melalui bahasa tubuh, percakapan dan media bermain. Metode ini untuk mengerti dan memahami anak dan keluarga melalui proses identifikasi, sistematisasi dan integrasi dari perkembangan kapasitas perkembangan fungsional.

Terapi bermain sangat penting untuk mengembangkan ketrampilan, kemampuan gerak, minat dan terbiasa dalam suasana kompetitif dan kooperatif dalam melakukan kegiatan kelompok. Bermain juga dapat dipakai untuk sarana persiapan untuk beraktifitas dan bekerja saat usia dewasa. Terapi bermain digunakan sebagai sarana pengobatan atau terapitik dimana sarana tersebut dipakai untuk mencapai aktifitas baru dan ketrampilan sesuai dengan kebutuhan terapi. Terapi bermain adalah proses terapi psikologik pada anak, dimana alat permainan menjadi sarana utama untuk mencapai tujuannya. Ada 3 macam alat permainan : alat permainan fantasi, alat permainan ketrampilan dan alat permainan edukatif. Alat permainan fantasi berupa benda yang umum dan digunakan dalam bentuk miniatur, seperti mobil, boneka, alat masak. Permainan ini digunakan dengan mengandalkan fantasi pada anak yang masih cukup dominan. Sedangkan alat permainan ketrampilan dapat berupa bersepeda, main bola, berenang memelerlukan kemampuan ketrampilam motorik. Pengguanaan alat permainan edukatif ini bisa digunakan sebagai evalausi kemampuan anak dan juga untuk terapi. Alat yang digunakan bisa berupa : puzzle (bongkar pasang gambar) , menyusun balok atau mencocokkan warna dan bentuk.

• TERAPI DITETIK

o Alergi Makanan

o Bebas Gluten dan Kasein

o Terapi ditetik lainnya




TERAPI INOVATIF

• TherapySecretin

• Pengobatan Oksigen Hiperbarik

• Fibroblast Growth Factor 2

• Terapi Live Cell and Stem Cell

• Terapi antibiotika

• Pengobatan Naltrexone (NTX)

• Pendekatan psikologi Intensif

• Terapi edukasi intensif

• Terapi IV Immunoglobuin

• EEG Bio-feedback

• Terapi bermain Play

• Terapi Somatik


TERAPI ALTERNATIF

• Traditional Chinese medicine

• Terapi bermain Play

• Terapi Musik

• Terapi Akupuntur


BERBAGAI KONTROVERSI DAN CARA MENSIKAPINYA
Melihat demikian banyaknya cara terapi penderita autis, seringkali membuat bingung baik orang tua bahkan kalangan klinisi sendiri. Kontroversi seringkali timbUl karena beberapa peneliti mengklaim bahwa pendekatan terapi yang dilakukan paling efektif dan bermanfaat. Hal ini semakin membingungkan ketika para peneliti mengeluarkan berbagai teori penyebab yang sangat berbeda. Banyak peneliti melaporkan hasil penelitiannya dalam terapi dengan cara yang berbeda tergantung berdasarkan berbagai teori yang dianut atau pengalaman peneliti.
Berdasarkan pengalaman klinis berbasis bukti tampaknya terapi konvensional secara ilmiah lebih dapat dipertanggungjawabkan hasilnya dibandingkan terapi inovatif dan tradisional lainnya. Sehingga cara terapi ini banyak digunakan oleh para klinisi dan orang tua. Tetapi hal ini tidak berarti terapi inovatif dan terapi alternatif lainnya secara klinis tidak bermanfaat. Di masa mendatang diperlukan penelitian yang lebih baik dan berstruktur untuk membuktikan bahwa terapi tersebut nantinya dapat dihandalkan.
Dalam keadaan seperti ini sebaiknya kita harus bijak dalam mencermatinya. Bila kita tidak cermat maka waktu dan biaya yang harus dikeluarkan untuk pemberian terapi sangat besar. Terapi yang ideal harus sesuai dengan kondisi imunopatobiologis yang sering berbeda satu penderita autis dengan penderita lainnya. Dengan mengidetifikasi penyebab atau penyakit lain yang bisa mempengaruhi secara cermat, maka dapat ditentukan strategi penanganan dan terapi untuk penderita. Selain kecermatan, juga dibutuhkan pengalaman dan kompetensi profesionalitas sesuai bidang ilmu yang dimiliki dalam penanganan kelainan yang menyertai. Harus melibatkan disiplin ilmu minat gastroenterologi anak, alergi anak, neurologi anak, endokrinologi anak dan sebagainya Beberapa contoh kasus misalnya seorang yang tidak mengalami alergi makanan dilakukan pendekatan eliminasi makanan alergi meskipun hal tersebut berdasarkan tes alergi. Contoh lainnya seseorang yang tidak mengalami intoleransi terhadap gluten dan kasein tetapi dilakukan eliminasi terhadap makanan tersebut.
Cara termudah yang mungkin bisa diikuti adalah apabila setelah melakukan jenis terapi tertentu penderita mengalami perbaikkan yang bermakna. Sebaiknya kita harus mempercayai fakta tersebut meskipun terapi tersebut masih menjadi kontroversi. Sebaliknya meskipun pendekatan terapi tersebut telah terbukti secara ilmiah baik, tetapi saat diberikan terhadap penderita tidak menunjukkan hasil yang berarti maka jangan dipaksakan untuk meneruskan terapi tersebut. Kemungkinan kelainan yang dialami oleh penderita tidak sesuai dengan strategi terapi yang diberikan. Jangan terlalu terburu-buru dalam menilai keberhasilan atau ketidakberhasilan terapi. Diperlukan konsultasi ulang kepada dokter yang merawat paling banyak dua atau tiga kali pertemuan untuk mengevaluasi hasilnya. Bila dalam dua atau tiga kali pertemuan konsultasi tidak terdapat kemajuan, mungkin harus dicermati terapi yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan penderita.
Harus diperhatikan dalam penanganan penderita Autis hendaknya dilakukan secara holistik atau menyeluruh dengan melibatkan beberapa dokter atau klinisi dari beberbagai disiplin ilmu sesuai dengan gangguan yang ada. Semua gangguan organ tubuh atau gangguan perilaku yang ada harus diperbaiki secara bersamaan. Misalnya, penderita Autis dengan gangguan persepsi sensoris dan gangguan saluran cerna. Telah dilakukan perbaikkan gangguan persepsi sensorisnya dengan terapi okupasi sensori integration. Tetapi perbaikan gangguan saluran cernanya,dengan mencermati jenis makanan yang dikonsumsi seperti alergi makanan atau gluten tidak dilakukan atau sebaliknya. Seringkali terjadi bila satu terapi dilakukan ada perbaikkan, orang tua tidak memperhatikan gangguan lainnya. Keadaan ini menjadi rumit, ketika dokter atau terapis sudah merasa yakin bahwa terapi yang diberikan merupakan satu-satunya terapi yang terbaik bagi penderita autis. Hal ini mengakibatkan perbaikan gangguan perilaku pada autis tersebut tidak optimal.


Sumber: http://dietbehaviour.blogspot.com/2008/04/terapi-alternatif-autism.html

Tidak ada komentar: